Rabu, 06 Juni 2012

Laa Taghdhab .. ! Jangan Marah .. !

Laa Taghdhab .. ! Jangan Marah .. ! by Alexyusandria Moenir on RM Selasa 23 November 2010 19:41


Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS Al Baqarah 2 : 151)
“Sesungguhnya aku (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 273, Ahmad,Al Hakim dalam Al Mustadrak, beliau rahimahullah mengatakan hadits ini shahih sebagaimana syarat Muslim dan disetujui oleh Adz Dzahabiy, hadist ini dimasukkan oleh Al Albaniy rahimahullah dalam Ash Shahihah no. 45, Syaikh Salim Al Hilaliy hafidzahullah setelah mentakhrij hadits ini dalam kitab beliau Manhajul Anbinya’ fi Tazkyatin Nafusi hal. 22-23 menyimpulkan hadits ini sanadnya shahih dengan syawahid)
Dikehidupan sehari hari, kadang kala dalam diri seseorang muncul sikap iri hati terhadap keberhasilan orang lain. Dimana hal ini bisa menimbulkan bibit kemarahan karena perasaan kurang senang atas keberuntungan orang lain. Dan jika kemarahan ini tidak dikendalikan, maka bisa membuat seseorang melampiaskan kemarahannya dalam ketidak wajaran yang banyak terjadi, dimana hal ini bisa merugikan dirinya sendiri dan diri orang lain.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seseorang berkata : Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: "Jangan marah”.Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: "Jangan marah" (Riwayat Bukhari)
Karena kemarahanlah manusia melakukan hal hal yang mepermalukan dirinya sendiri dan menyakiti hati saudaranya bahkan dapat memutuskan tali silaturahim yang seharusnya dibina dengan baik. Sudah banyak contoh yang kita lihat dalam kehidupan sehari hari akibat tidak baik dari kemarahan yang menguasai seseorang.
Kemarahan hati menyebabkan seseorang mampu mengeluarkan kata kata yang tidak menyenangkan terhadap orang lain, bahkan hingga melakukan hal hal yang menyakiti secara fisik. Memang bukanlah merupakan hal yang mudah untuk mengendalikan kemarahan, namun tidak lah sulit jika kita benar benar berniat untuk melakukannya.
Al Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan hadits dari seseorang dari sahabat Nabi Shalallahu alaihi wasallam dia berkata : Aku berkata : Ya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi pemarah. Maka berkata seseorang : maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan. (HR Imam Ahmad)
Andai saja kita berusaha memelihara hati kita tetap bersih dari unsur unsur yang bisa menimbulkan kemarahan, Insya Allah damailah kehidupan ini dan manusiapun terhindar dari rasa sakit hati dan dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mulut yang tidak terkontrol dan emosi yang tidak dikendalikan merupakan hal hal yang memicu terjadinya permusuhan, perkelahian hingga pertentangan antar kaum. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan jalan keluar buat mengendalikan amarah dalam sabdanya : Apabila salah seorang di antara kamu marah maka diamlah." (HR Ahmad).
Kemarahan yang terlanjur diaktualisasikan dalam sikap yang buruk lebih sering merugikan si pelaku, secara moral. Karena bagaimanapun suka atau tidak, kemarahan menunjukkan pribadi orang yang memiliki temperamen tidak baik. Seperti peribahasa sering mengatakan bahwa budi baik ditunjukkan oleh bahasa yang baik.
Kemarahan yang bersarang dihati manusia dapat berubah menjadi kebencian yang makin lama kian mendalam. Penyebab kemarahan yang pada mulanya disebabkan oleh hal hal yang mungkin saja sepele, namun ketika tidak diselesaikan dengan kesabaran, maka ibarat api, kemarahan itu makin lama makin besar dan membakar hati manusia lalu menyulut suatu tindakan yang bisa saja ekstrim. Dan ketika kemarahan itu berubah jadi kebencian yang mendalam, mungkin saja melibatkan banyak pihak karena persoalannya telah diperbesar dan diperluas ke hal hal yang sebenarnya tidak perlu sehingga mengakibatkan terjadinya cakak banyak atau perkelahian massal.
Hal hal yang buruk dan berakibat tidak baik ini sering terjadi di negara tercinta ini yang katanya cinta damai dan satu bangsa dalam ke Bhinneka Tunggal Ika an. Meskipun Indonesia merupakan negara sekular, namun masyarakatnya memiliki agama yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi individu untuk hidup berdampingan sesuai dengan ajaran agamanya masing masing.
Sebagai ummat muslim, kita sungguh beruntung karena Allah telah memberikan berkah dan rahmat Nya yang tak terhingga kepada kita melalui utusan Nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam ajaran beliau yang memperbaiki akhlak manusia dari kejahiliyahan menjadi sangat beradab.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al Anbiyaa’ 21 : 107)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ini diutus Allah sebagai Nabi terakhir yang memiliki akhlak paling baik diantara seluruh manusia ciptaan Allah untuk dijadikan contoh dan teladan bagi kita ummat manusia seluruhnya.
Akhlak yang telah ditunjukkan Rasulullah ini tak sedikitpun berkaitan dengan kekerasan fisik, kekerasan hati, kemunafikan, kelicikan ataupun kejahatan lainnya. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pribadi baik yang lemah lembut kepada sesama, bertutur kata baik,jujur dan amanah. Banyak kebaikan yang ada dalam diri Rasulullah yang sebenarnya bisa kita contoh.
Walaupun harus marah, maka marah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam proporsional, tepat sasaran dan tidak merugikan. Tidak seperti yang banyak kita lakukan sa’at ini dimana kita menunjukkan kemarahan bukan saja dalam bentuk airmuka yang kurang menyenangkan, bahkan juga dengan kata kata yang tidak layak diucapkan sehingga kita mampu melakukan tindakan kekerasan fisik. Naudzu billah min zaliq ...
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al Fath 48 : 29)
[1406]. Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Bahkan rahmat paling khusus yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sifatnya yang lembut terhadap orang orang mukmin.
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At Taubah 9 : 128)
Dan sebagai utusan Allah subhanahu wata’ala Nabi Muhammad dan orang orang yang bersama dengannya sangat keras terhadap orang orang kafir, namun berkasih sayang sesama mereka.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali ‘Imraan 3 : 159)
[246]. Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Sebagai ummat Rasulullah seharusnya kita merasa malu dengan akhlak buruk yang sering kita amalkan dalam kehidupan sehari hari.Padahal kita memiliki seorang Rasul dengan akhlak terbaik bahkan akhlak Rasulullah sendiri dipuji oleh Allah dalam Al Qur’an.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al Qalam 68 : 4)
Aisyah radhiallahu anha ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah, dia menjawab “Akhlaknya adalah Al Qur’an” (HR Ahmad dan Muslim)
Amarah yang ada dalam diri manusia yang bersumber dari ketidak sabaran manusia dalam menerima suatu keadaan maupun suatu kejadian yang menimpanya, dapat mengakibatkan manusia kehilangan sisi kemanusiaannya yang disebabkan oleh setan yang menguasai hati dan fikirannya.
Kebencian setan terhadap manusia yang bermula dari kemarahan yang ditimbulkan akibat rasa irinya karena Allah lebih memuliakan manusia diantara seluruh makhluk ciptaan Nya, membuat setan bersumpah kepada Allah untuk menggoda manusia yang telah menyebabkannya terusir dari surga.
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS Al A‘raaf 7 : 16 – 17)
Jadi jika dikaitkan rasa marah yang ada pada diri manusia dengan kemarahan setan pada manusia, seharusnya manusia lebih hati hati dalam mengendalikan hati dan perasaannya karena telah sering diberi peringatan oleh Allah melalui Al Qur’an dan melalui ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah melalui Al Qur’an menyuruh manusia untuk berta’awwudz memohon perlindungan-Nya saat terasa ada  godaan,sebagaimana  dalam  berjihad  seorang Muslim dianjurkan banyak berzikir, antara lain dengan menyebut atau memekikkan  kalimat takbir "Allahu Akbar".
 
Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia (QS An Naas 114 : 1 – 6)
 
Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A'uudzu billahi mina-syaithaanir-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk” (HR. Bukhari Muslim)
 
Semoga kita dapat mengamalkan contoh akhlak yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dalam kehidupan kita sehari hari.sehingga kita mampu mengendalikan emosi diri kita masing masing dan melepaskan diri dari bisikan bisikan setan dalam hati kita yang selalu merayu rayu manusia buat mengikuti langkahnya yang sesat.
 
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah[590] Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS Al A’raaf 7 : 200 – 201)
 
[590]. Maksudnya: membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim.
Amien Ya Rabb ...


Selasa, 13 September 2011

Kewajiban Menuntut Ilmu buat seluruh Muslimin Muslimat




Kewajiban Menuntut Ilmu buat seluruh Muslimin Muslimat by Alexyusandria Moenir on RM Terbit Selasa, 25 Januari 2011 06:56
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Negara tercinta ini tak henti hentinya didera oleh ujian dan musibah. Bahkan dizaman yang katanya telah maju dimana pendidikan seharusnya bukan lagi menjadi hal yang mahal buat seluruh masyarakat, pada kenyataannya bagi sebagian anak, sekolah masih merupakan angan angan kosong dalam hidup mereka. Hal ini dapat kita lihat diantara anak anak yang seharusnya mulai pagi telah pergi kesekolah buat belajar, ternyata masih banyak anak anak yang justru mulai pagi hari telah mengisi jalanan diperempatan lampu merah,dipasar atau  diantara keramaian menadahkan tangan atau kaleng kosong buat meminta sedekah dari orang orang yang lalu lalang atau kebetulan berhenti ditempat mereka biasa mangkal. Padahal kita sama sama tahu bahwa pekerjaan meminta minta itu bukanlah hal yang baik dilakukan oleh manusia yang sehat dan berakal yang diberi kemampuan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk memanfaatkan kemampuan dirinya semaksimal mungkin dan juga mengamalkannya buat masyarakat lainnya.
Hakim bin Hizam r.a. berkata, "Saya pernah meminta kepada Rasulullah lalu beliau memberiku. Kemudian saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Setelah itu saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Kemudian beliau bersabda, 'Hai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah dan menarik) dan manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa dermawan (dalam satu riwayat dengan jiwa yang bersih 7/176), maka ia diberkahi. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang rakus, maka ia tidak diberkahi. Ia seperti orang makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (peminta).' Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, demi Zat yang mengutus engkau dengan haq (benar), saya tidak akan mengambil sedikit pun dari orang lain setelah engkau hingga aku meninggal dunia.'" Abu Bakar pernah memanggil Hakim untuk diberi suatu pemberian. Namun, ia menolak untuk menerima pemberian itu. Kemudian Umar memanggilnya untuk diberinya. Namun, ia enggan untuk menerimanya barang sedikit pun. Lalu, Umar berkata, "Sesungguhnya saya mempersaksikan kepada kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, bahwa saya menawarkan haknya (yang merupakan pembagian dari Allah untuknya) dari fai' (rampasan perang tanpa terjadi kontak senjata) ini. Namun, ia enggan mengambilnya." Hakim tidak mengambilnya (sesuatu) dari seseorang setelah Rasulullah sampai ia meninggal dunia (mudah-mudahan Allah merahmatinya).
Dalam kenyataannya, kita bisa mengatakan bahwa begitu banyak anak anak yang rela berhujan berpanas dijalanan untuk mendapatkan rizki dengan meinta minta, mengharapkan belas kasihan orang banyak yang lalu lalang, yang seharusnya belum menjadi kewajiban mereka buat menafkahi diri sendiri. Karena kewajiban mereka adalah bersekolah yang merupakan hak mereka yang harus dipenuhi oleh kedua orang tua yang telah diberikan amanah oleh Allah subhanahu wata’ala buat memelihara,membesarkan, dan mendidik anak anak mereka lilahi ta’ala dijalan yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya.
Seorang datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi)
Menyekolahkan anak yang merupakan kewajiban orang tua dalam upaya mendidik anak tersebut, merupakan hak anak untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana seharusnya agar kelak dapat dipergunakan oleh anak tersebut demi kebaikan dirinya dan demi kemaslahatan orang banyak. Dan dalam memberikan pendidikan yang baik buat anak, masing masing orang tua akan berusaha untuk menyekolahkan anaknya tersebut disekolah sekolah terbaik yang terjamin menurut pemikiran dan kemampuan masing masing orang tua. Walau sebenarnya tujuan menuntut ilmu itu bukanlah karena hal hal duniawi seperti gengsi atau pamer kemampuan, namun haruslah karena Allah subhanahu wata’ala semata.
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Belajar yang telah dimulai anak sejak dia balita hingga dewasa dan bersekolah sampai keperguruan tinggi, merupakan hal penting demi kehidupan masing masing individu, agar dia bisa menafkahi diri dan keluarganya, serta tidak mudah dibodohi oleh orang lain dan juga agar dia bisa memanfaatkan ilmunya dengan mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lainnya sesuai dengan cara cara yang syar’i. Kebaikan lainnya yang didapat seseorang yang berilmu pengetahuan adalah Alalh subhanahu wata’ala meninggikan derajatnya dibandingkan manusia lain yang tidak berilmu pengetahuan.
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Mujaadilah 58 : 11]
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
Meskipun ilmu pengetahuan itu sangatlah penting, namun lebih utama jika ilmu pengetahuan yang dimiliki itu didampingi oleh keimanan hamba hamba yang memilikinya agar tidak terjadi penyalahgunaan ilmu pengetahuan tersebut untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Alalh subhanahu wata’ala dalam KalamullahNya Al Qur’an dan Sunnah yang telah ditinggalkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya Al Qur’an itu merupakan sumber ilmu pengetahuan, dimana didalamnya terdapat banyak pengajaran yang bisa dimanfaatkan oleh orang orang yang berfikir dan berilmu pengetahuan demi kepentingan dunia dan akhirat.
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Al A’raaf 7 : 52)
[546]. Maksudnya: atas dasar pengetahuan Kami tentang apa yang menjadi kemashlahatan bagi hamba-hamba Kami di dunia dan akhirat.
Orang orang yang memiliki ilmu pengetahuan haruslah lebih banyak melakukan pendekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat dengan mudah menggelincirkan mereka kejalan yang bathil, andai didalam dada mereka tidak diisi oleh keimanan kepada yang Haq. Karena ketika seorang hamba hanya menginginkan pengetahuan masalah dunia saja tanpa mempelajari pengetahuan mengenai akhirat, maka ketimpanganlah yang akan didapatnya.
"Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu pengetahuan didunia ini sangatlah banyak dan luas buat dimiliki oleh seorang hamba yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kemampuan yang sangat terbatas, sehingga masing masing hamba hanya  memiliki pengetahuan yang sangat sedikit sekali. Tiada seorang manusiapun yang menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada didunia ini yang sesungguhnya memiliki cabang cabang ilmu yang sangat banyak. Bahkan bangsa Yahudi yang diberikan oleh Allah kemampuan otak diatas kemampuan berfikir manusia pada umumnyapun, sebenarnya tidaklah memiliki seluruh pengetahuan yang meliputi jagad raya ini.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS Al Israa’ 17 : 85)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang dapat memberi manfaat dan berguna untuk kita manfaatkan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terbelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala. Demikian pula Islam mewajibkan kita untuk menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, sehingga amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara’.
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar 39 : 9)
Tujuan menuntut ilmu bagi seorang hamba selain untuk kepentingan pribadi juga untuk membina kekuatan ummat Islam dan mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para penuntut ilmu karena merekalah yang Insya Allah bakal  memimpin di masa depan. Karena itu kemaslahatan ummat banyak bergantung kepada pemimpin dan cara memimpinnya. Dimana para ilmuan Islam juga memiliki tugas untuk menegakkan yang ma’ruf yaitu mengajak manusia menegakkan dan mendaulatkan ajaran Allah subhanahu wata’ala dan mencegah kemungkaran yaitu melarang manusia dari melakukan seluruh larangan Allah subhanahu wata’ala mulai dari hal hal yang kecil sehingga ke hal hal yang besar.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Karena itulah, selagi masih muda, dan masih memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan ketika usia tua mulai menggerogoti otak manusia sehingga kemampuan berfikir dan kemampuan lainnya mulai menurun, maka janganlah dibuang buang waktu dengan hal yang sia sia, karena tiada suatu kemampuanpun yang dapat mengembalikan waktu agar bisa memberikan pengulangan kesempatan buat siapapun didunia ini.
Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu, katanya Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah mengutus aku untuk menyampaikanya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi; bumi itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak. Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam. Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu yang oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku diutus untuk menyampaikannya."Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata," Dan ada diantara bagian bumi yang digenangi air, tapi tidak menyerap." (Arti dari Hadits No 79 - Kitab Fathul Bari)

Semoga kita tidak termasuk golongan orang orang yang merugi dan fakir dunia akhirat ... Amien Ya Rabb ...
Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Rabbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Wallahu a'lam bishshawab ... ^_^

Senin, 12 September 2011

Sebelum Terlambat ..

Sebelum Terlambat .. by Alexyusandria Moenir on Friday, December 10, 2010 at 3:39pm
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un ... Begitulah yang harus kita ucapkan setiap kali Allah menguji kita dengan musibah, dimana ujian tersebut bisa saja berupa bencana alam dan kematian seseorang. Dan ketika kita ditimpa musibah kematian, sudah seharusnya kita tidak menangis mengeluarkan kata kata yang tidak baik ketika Allah mengambil kembali milik Nya yang pernah diciptakannya untuk mengisi bumi ini sebagai khalifah Nya.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun [101]. (QS Al Baqarah 2 : 156)

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Bahkan Allah juga menguji keimanan seseorang melalui kemiskinan dan kekayaan yang dimilikinya. Agar dapat dilihat, apakah dia bersyukur atau malah kufur dengan hartanya atau kemiskinannya tersebut.

Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran. (HR Ath-Thabrani)

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.(QS Az Zumar 39 : 49)

Begitulah dunia ini diciptakan buat dihuni oleh manusia sebagai khalifah Allah yang suatu sa'at akan diambil Nya lagi ketika ajal menjemput seseorang melalui malaikat Maut yang menjalankan perintah dari Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan dibumi ini.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al Anbiyaa' 21 : 35)

Dan saat seseorang dicabut nyawanya oleh Malaikat Maut tersebut, ada satu dari dua cara yang ditempuh oleh setiap insan dalam menghadapi Sakratul Maut nya masing masing, yaitu dengan cara Khusnul Khatimah atau Su'ul Khatimah. Dan hanya orang orang yang berimanlah yang menghadap Rabb nya dengan cara Khusnul Khatimah dan bagi yang berbuat zalim semasa hidupnya akan menderita ketika nyawanya terlepas dari tubuhnya dalam keadaan kematian yang Su'ul Khatimah. 

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR Abu Dawud, dan al-Hakim)

Diantara manusia ada yang beriman dan ada yang ingkar, maka masing masing memiliki tempat yang tidak pernah sama buat setiap individu, karena tidaklah akan menempati surga bagi manusia yang ingkar dan Allah tidak akan memasukkan hambaNya yang saleh kedalam neraka Jahannam.

Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah[1172].(QS Ar Ruum 30 : 43)

[1172]. yakni sebahagian mereka berada dalam surga dan sebahagian lagi berada dalam neraka.

Sebagai manusia berakal dengan berbagai macam pilihan hidup selama didunia ini, kita haruslah hati hati dalam menjalani kehidupan ini agar tiada penyesalan dikemudian hari, karena cara hidup yang kita pilih didunia ini sangat menentukan tempat kita di akhirat kelak. Seandainya diantara kita sudah menjadi  orang tua, maka wajib buat masing masing orang tua untuk mendidik anak anaknya dalam keimanan agar kelak bisa menjadi anak yang saleh maupun salehah.Dan juga  sebagai hamba Nya kita harus banyak mengisi diri kita dengan menuntut ilmu serta melakukan amalan amalan yang disukai oleh Allah subhanahu wata'ala.

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Al Mujaadilah 58 : 11)

“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendo’akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad).

Sesaat setelah jasad yang telah dipanggil oleh Allah subhanahu wata'ala itu dikuburkan, maka hanya dia dan amalannya lah yang tinggal buat mempertanggung jawabkan semua hal yang diperbuatnya semasa dia hidup, dan termasuk beruntunglah dia jika memiliki anak yang saleh maupun salehah yang mendo'akannya. 

Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam – setelah selesai shalat jenazah-bersabda :` Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.” (HR Muslim).

Allahummaghfir laha, warhamha wa 'aafihi wa'fu anha wa akrim nuzulaha wa wassi' madkholaha ... Amien Ya Rabb ...

Karenanya sebelum terlambat, dimana tiada lagi waktu buat kembali memperbaiki setiap kesalahan dan dosa, maka marilah kita semua memanfaatkan hidup ini buat dunia dan akhirat kita dengan sebaik baiknya, agar tiada penyesalan.

Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.(QS Al An'aam 6 : 31)

Dari Sa’ad bin Malik r.a. katanya: Saya mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sukakah kamu semua saya tunjukkan nama Allah yang Ter-Agung, yang jikalau digunakan untuk berdo’a dengannya itu, maka Allah mengabulkan dan jikalau diminta maka memberi? Yaitu do’a yang dengannya itulah Yunus memohonkan kepada Tuhan agar diselamatkan yakni ketika memanggil_Nya dalam kegelapan 3 macam (maksudnya kegelapan dalam kegelapan yang bertumpuk-tumpuk karena saat itu beliau a.s. dalam perut ikan hut atau hiu yang menelannya). Do’a itu ialah : “Laa ilaaha illaa anta Subhanaka inni kuntu minazh zhaalimiin”. (Tiada Tuhan melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya hamba ini termasuk golongan orang yang menganiaya diri sendiri). Kemudian ada seorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah do’a itu khusus untuk Nabi Yunus a.s. saja ataukah untuk semua orang mukmin?. Beliau Saw lalu bersabda: “Apakah engkau tidak pernah mendengar firman Allah ‘Azza wajala (yang artinya): ”Dan Kami (Allah) menyelamatkan Yunus dari kedu’kaannya dan demikian itu pulalah Kami menyelamatkan semua orang mukmin”. (Hadis diriwayatkan oleh Hakim)

Wallahu a’lam bish shawab ...