Selasa, 13 September 2011

Kewajiban Menuntut Ilmu buat seluruh Muslimin Muslimat




Kewajiban Menuntut Ilmu buat seluruh Muslimin Muslimat by Alexyusandria Moenir on RM Terbit Selasa, 25 Januari 2011 06:56
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Negara tercinta ini tak henti hentinya didera oleh ujian dan musibah. Bahkan dizaman yang katanya telah maju dimana pendidikan seharusnya bukan lagi menjadi hal yang mahal buat seluruh masyarakat, pada kenyataannya bagi sebagian anak, sekolah masih merupakan angan angan kosong dalam hidup mereka. Hal ini dapat kita lihat diantara anak anak yang seharusnya mulai pagi telah pergi kesekolah buat belajar, ternyata masih banyak anak anak yang justru mulai pagi hari telah mengisi jalanan diperempatan lampu merah,dipasar atau  diantara keramaian menadahkan tangan atau kaleng kosong buat meminta sedekah dari orang orang yang lalu lalang atau kebetulan berhenti ditempat mereka biasa mangkal. Padahal kita sama sama tahu bahwa pekerjaan meminta minta itu bukanlah hal yang baik dilakukan oleh manusia yang sehat dan berakal yang diberi kemampuan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk memanfaatkan kemampuan dirinya semaksimal mungkin dan juga mengamalkannya buat masyarakat lainnya.
Hakim bin Hizam r.a. berkata, "Saya pernah meminta kepada Rasulullah lalu beliau memberiku. Kemudian saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Setelah itu saya meminta lagi kepada beliau, lalu beliau memberiku. Kemudian beliau bersabda, 'Hai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah dan menarik) dan manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa dermawan (dalam satu riwayat dengan jiwa yang bersih 7/176), maka ia diberkahi. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang rakus, maka ia tidak diberkahi. Ia seperti orang makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (peminta).' Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, demi Zat yang mengutus engkau dengan haq (benar), saya tidak akan mengambil sedikit pun dari orang lain setelah engkau hingga aku meninggal dunia.'" Abu Bakar pernah memanggil Hakim untuk diberi suatu pemberian. Namun, ia menolak untuk menerima pemberian itu. Kemudian Umar memanggilnya untuk diberinya. Namun, ia enggan untuk menerimanya barang sedikit pun. Lalu, Umar berkata, "Sesungguhnya saya mempersaksikan kepada kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, bahwa saya menawarkan haknya (yang merupakan pembagian dari Allah untuknya) dari fai' (rampasan perang tanpa terjadi kontak senjata) ini. Namun, ia enggan mengambilnya." Hakim tidak mengambilnya (sesuatu) dari seseorang setelah Rasulullah sampai ia meninggal dunia (mudah-mudahan Allah merahmatinya).
Dalam kenyataannya, kita bisa mengatakan bahwa begitu banyak anak anak yang rela berhujan berpanas dijalanan untuk mendapatkan rizki dengan meinta minta, mengharapkan belas kasihan orang banyak yang lalu lalang, yang seharusnya belum menjadi kewajiban mereka buat menafkahi diri sendiri. Karena kewajiban mereka adalah bersekolah yang merupakan hak mereka yang harus dipenuhi oleh kedua orang tua yang telah diberikan amanah oleh Allah subhanahu wata’ala buat memelihara,membesarkan, dan mendidik anak anak mereka lilahi ta’ala dijalan yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya.
Seorang datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi)
Menyekolahkan anak yang merupakan kewajiban orang tua dalam upaya mendidik anak tersebut, merupakan hak anak untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana seharusnya agar kelak dapat dipergunakan oleh anak tersebut demi kebaikan dirinya dan demi kemaslahatan orang banyak. Dan dalam memberikan pendidikan yang baik buat anak, masing masing orang tua akan berusaha untuk menyekolahkan anaknya tersebut disekolah sekolah terbaik yang terjamin menurut pemikiran dan kemampuan masing masing orang tua. Walau sebenarnya tujuan menuntut ilmu itu bukanlah karena hal hal duniawi seperti gengsi atau pamer kemampuan, namun haruslah karena Allah subhanahu wata’ala semata.
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Belajar yang telah dimulai anak sejak dia balita hingga dewasa dan bersekolah sampai keperguruan tinggi, merupakan hal penting demi kehidupan masing masing individu, agar dia bisa menafkahi diri dan keluarganya, serta tidak mudah dibodohi oleh orang lain dan juga agar dia bisa memanfaatkan ilmunya dengan mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lainnya sesuai dengan cara cara yang syar’i. Kebaikan lainnya yang didapat seseorang yang berilmu pengetahuan adalah Alalh subhanahu wata’ala meninggikan derajatnya dibandingkan manusia lain yang tidak berilmu pengetahuan.
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Mujaadilah 58 : 11]
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
Meskipun ilmu pengetahuan itu sangatlah penting, namun lebih utama jika ilmu pengetahuan yang dimiliki itu didampingi oleh keimanan hamba hamba yang memilikinya agar tidak terjadi penyalahgunaan ilmu pengetahuan tersebut untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Alalh subhanahu wata’ala dalam KalamullahNya Al Qur’an dan Sunnah yang telah ditinggalkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya Al Qur’an itu merupakan sumber ilmu pengetahuan, dimana didalamnya terdapat banyak pengajaran yang bisa dimanfaatkan oleh orang orang yang berfikir dan berilmu pengetahuan demi kepentingan dunia dan akhirat.
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Al A’raaf 7 : 52)
[546]. Maksudnya: atas dasar pengetahuan Kami tentang apa yang menjadi kemashlahatan bagi hamba-hamba Kami di dunia dan akhirat.
Orang orang yang memiliki ilmu pengetahuan haruslah lebih banyak melakukan pendekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat dengan mudah menggelincirkan mereka kejalan yang bathil, andai didalam dada mereka tidak diisi oleh keimanan kepada yang Haq. Karena ketika seorang hamba hanya menginginkan pengetahuan masalah dunia saja tanpa mempelajari pengetahuan mengenai akhirat, maka ketimpanganlah yang akan didapatnya.
"Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu pengetahuan didunia ini sangatlah banyak dan luas buat dimiliki oleh seorang hamba yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kemampuan yang sangat terbatas, sehingga masing masing hamba hanya  memiliki pengetahuan yang sangat sedikit sekali. Tiada seorang manusiapun yang menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada didunia ini yang sesungguhnya memiliki cabang cabang ilmu yang sangat banyak. Bahkan bangsa Yahudi yang diberikan oleh Allah kemampuan otak diatas kemampuan berfikir manusia pada umumnyapun, sebenarnya tidaklah memiliki seluruh pengetahuan yang meliputi jagad raya ini.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS Al Israa’ 17 : 85)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang dapat memberi manfaat dan berguna untuk kita manfaatkan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terbelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala. Demikian pula Islam mewajibkan kita untuk menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, sehingga amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara’.
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar 39 : 9)
Tujuan menuntut ilmu bagi seorang hamba selain untuk kepentingan pribadi juga untuk membina kekuatan ummat Islam dan mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para penuntut ilmu karena merekalah yang Insya Allah bakal  memimpin di masa depan. Karena itu kemaslahatan ummat banyak bergantung kepada pemimpin dan cara memimpinnya. Dimana para ilmuan Islam juga memiliki tugas untuk menegakkan yang ma’ruf yaitu mengajak manusia menegakkan dan mendaulatkan ajaran Allah subhanahu wata’ala dan mencegah kemungkaran yaitu melarang manusia dari melakukan seluruh larangan Allah subhanahu wata’ala mulai dari hal hal yang kecil sehingga ke hal hal yang besar.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Karena itulah, selagi masih muda, dan masih memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan ketika usia tua mulai menggerogoti otak manusia sehingga kemampuan berfikir dan kemampuan lainnya mulai menurun, maka janganlah dibuang buang waktu dengan hal yang sia sia, karena tiada suatu kemampuanpun yang dapat mengembalikan waktu agar bisa memberikan pengulangan kesempatan buat siapapun didunia ini.
Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu, katanya Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah mengutus aku untuk menyampaikanya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi; bumi itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak. Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam. Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu yang oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku diutus untuk menyampaikannya."Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata," Dan ada diantara bagian bumi yang digenangi air, tapi tidak menyerap." (Arti dari Hadits No 79 - Kitab Fathul Bari)

Semoga kita tidak termasuk golongan orang orang yang merugi dan fakir dunia akhirat ... Amien Ya Rabb ...
Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Rabbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Wallahu a'lam bishshawab ... ^_^

Senin, 12 September 2011

Sebelum Terlambat ..

Sebelum Terlambat .. by Alexyusandria Moenir on Friday, December 10, 2010 at 3:39pm
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un ... Begitulah yang harus kita ucapkan setiap kali Allah menguji kita dengan musibah, dimana ujian tersebut bisa saja berupa bencana alam dan kematian seseorang. Dan ketika kita ditimpa musibah kematian, sudah seharusnya kita tidak menangis mengeluarkan kata kata yang tidak baik ketika Allah mengambil kembali milik Nya yang pernah diciptakannya untuk mengisi bumi ini sebagai khalifah Nya.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun [101]. (QS Al Baqarah 2 : 156)

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Bahkan Allah juga menguji keimanan seseorang melalui kemiskinan dan kekayaan yang dimilikinya. Agar dapat dilihat, apakah dia bersyukur atau malah kufur dengan hartanya atau kemiskinannya tersebut.

Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran. (HR Ath-Thabrani)

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.(QS Az Zumar 39 : 49)

Begitulah dunia ini diciptakan buat dihuni oleh manusia sebagai khalifah Allah yang suatu sa'at akan diambil Nya lagi ketika ajal menjemput seseorang melalui malaikat Maut yang menjalankan perintah dari Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan dibumi ini.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al Anbiyaa' 21 : 35)

Dan saat seseorang dicabut nyawanya oleh Malaikat Maut tersebut, ada satu dari dua cara yang ditempuh oleh setiap insan dalam menghadapi Sakratul Maut nya masing masing, yaitu dengan cara Khusnul Khatimah atau Su'ul Khatimah. Dan hanya orang orang yang berimanlah yang menghadap Rabb nya dengan cara Khusnul Khatimah dan bagi yang berbuat zalim semasa hidupnya akan menderita ketika nyawanya terlepas dari tubuhnya dalam keadaan kematian yang Su'ul Khatimah. 

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR Abu Dawud, dan al-Hakim)

Diantara manusia ada yang beriman dan ada yang ingkar, maka masing masing memiliki tempat yang tidak pernah sama buat setiap individu, karena tidaklah akan menempati surga bagi manusia yang ingkar dan Allah tidak akan memasukkan hambaNya yang saleh kedalam neraka Jahannam.

Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah[1172].(QS Ar Ruum 30 : 43)

[1172]. yakni sebahagian mereka berada dalam surga dan sebahagian lagi berada dalam neraka.

Sebagai manusia berakal dengan berbagai macam pilihan hidup selama didunia ini, kita haruslah hati hati dalam menjalani kehidupan ini agar tiada penyesalan dikemudian hari, karena cara hidup yang kita pilih didunia ini sangat menentukan tempat kita di akhirat kelak. Seandainya diantara kita sudah menjadi  orang tua, maka wajib buat masing masing orang tua untuk mendidik anak anaknya dalam keimanan agar kelak bisa menjadi anak yang saleh maupun salehah.Dan juga  sebagai hamba Nya kita harus banyak mengisi diri kita dengan menuntut ilmu serta melakukan amalan amalan yang disukai oleh Allah subhanahu wata'ala.

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Al Mujaadilah 58 : 11)

“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendo’akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad).

Sesaat setelah jasad yang telah dipanggil oleh Allah subhanahu wata'ala itu dikuburkan, maka hanya dia dan amalannya lah yang tinggal buat mempertanggung jawabkan semua hal yang diperbuatnya semasa dia hidup, dan termasuk beruntunglah dia jika memiliki anak yang saleh maupun salehah yang mendo'akannya. 

Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam – setelah selesai shalat jenazah-bersabda :` Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.” (HR Muslim).

Allahummaghfir laha, warhamha wa 'aafihi wa'fu anha wa akrim nuzulaha wa wassi' madkholaha ... Amien Ya Rabb ...

Karenanya sebelum terlambat, dimana tiada lagi waktu buat kembali memperbaiki setiap kesalahan dan dosa, maka marilah kita semua memanfaatkan hidup ini buat dunia dan akhirat kita dengan sebaik baiknya, agar tiada penyesalan.

Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.(QS Al An'aam 6 : 31)

Dari Sa’ad bin Malik r.a. katanya: Saya mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sukakah kamu semua saya tunjukkan nama Allah yang Ter-Agung, yang jikalau digunakan untuk berdo’a dengannya itu, maka Allah mengabulkan dan jikalau diminta maka memberi? Yaitu do’a yang dengannya itulah Yunus memohonkan kepada Tuhan agar diselamatkan yakni ketika memanggil_Nya dalam kegelapan 3 macam (maksudnya kegelapan dalam kegelapan yang bertumpuk-tumpuk karena saat itu beliau a.s. dalam perut ikan hut atau hiu yang menelannya). Do’a itu ialah : “Laa ilaaha illaa anta Subhanaka inni kuntu minazh zhaalimiin”. (Tiada Tuhan melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya hamba ini termasuk golongan orang yang menganiaya diri sendiri). Kemudian ada seorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah do’a itu khusus untuk Nabi Yunus a.s. saja ataukah untuk semua orang mukmin?. Beliau Saw lalu bersabda: “Apakah engkau tidak pernah mendengar firman Allah ‘Azza wajala (yang artinya): ”Dan Kami (Allah) menyelamatkan Yunus dari kedu’kaannya dan demikian itu pulalah Kami menyelamatkan semua orang mukmin”. (Hadis diriwayatkan oleh Hakim)

Wallahu a’lam bish shawab ...  

Kepapaan seorang hamba ketika datang dan kembali

Kepapaan seorang hamba ketika datang dan kembali by Alexyusandria Moenir on Sunday, December 12, 2010 at 7:18am
Sesungguhnya hanya orang-orang yang cerdaslah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati.
Sahabat yang mulia, putra dari sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan : “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata : ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab : ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab : “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Saat terlahir kedunia tak seorangpun hamba Allah yang memiliki harta, melainkan telanjang dan menangis.Entah karena bahagia telah diamanahkan ruh oleh Allah subhanahu wata'ala atau karena sedih dan takut tak mampu menjadi hamba yang saleh dan salehah dalam menghadapi dunia ini.
"Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR.Bukhari)
Sebagai anak yang kemudian dididik dan dibesarkan oleh orang tua, masing masing kita tumbuh dengan pola yang berbeda dan  sebagai hamba yang menjadi khalifah dimuka bumi ini, kita isi kehidupan ini sesuai dengan ajaran yang kita terima. Seorang anak yang tumbuh dilingkungan orang kaya secara duniawi, akan hidup mengikuti harta yang dimilikinya, sementara yang tumbuh dilingkungan sebaliknya ikut cara hidup orang yang tak punya sesuai dengan kemampuan orang tuanya.Namun diantara kedua perbedaan keadaan yang kontras itu, bukan tak mungkin orang yang dilimpahi harta merupakan orang saleh yang alim dan ta'at, sementara yang miskin harta juga bisa saja miskin hati dan jiwa, atau keadaan sebailknya terjadi.
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS Ar Ra’d 13 : 26)
Karena sebenarnya harta itu tergantung orang yang memilikinya, karena limpahan harta yang banyak ataupun tidak berharta, merupakan ujian buat masing masing individu.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al Hadiid 57 : 20)
Mencontoh pada kehidupan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, Al Amin tersebut dimuliakan Allah bukan karena hartanya, namun karena akhlak yang dimiliki.Sebagai pemimpin ummat, Rasulullah merupakan contoh orang berkuasa yang tidak mementingkan harta seperti manusia pada zaman sekarang ini, dimana kadang kadang manusia berfikir bahwa tak dapat hidup tanpa harta, karena apapun urusan didunia ini membutuhkan uang atau harta, padahal kita sadar bahwa kehidupan didunia ini hanyalah sementara saja.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (QS Ar Rahman 55 : 26)
Namun tetap saja kita berusaha dengan segala cara untuk dapat memiliki harta yang banyak, sehingga manusia sering lupa jalan baik yang harus ditempuhnya, bahkan lupa yang bukan menjadi haknya, sehingga semua cara baginya adalah sama dan hak.Rasa malu yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam untuk umat yang telah diberikan oleh Allah agama yang sempurna ini, telah hilang dalam diri masing masing orang yang mengaku muslim ini.
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Malu adalah sebagian dari iman." [Muttafaq Alaihi]
Keinginan maju yang berlebihan dalam diri seorang manusia, sering meningkatkan ambisi keduniawian dalam dirinya sehingga tiada batasan antara yang haq dan yang bathil lagi dihatinya.Dirinya dipenuhi oleh fikiran harus menambah dan menambah lagi segala yang telah dimilikinya.
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al Baqarah 2 : 188)
Kenikmatan dunia membuat manusia lupa bahwa ketika suatu hari harus pulang ke Pemilik yang sebenarnya, dia hanya membawa tiga helai kain kafan yang harganyapun tidak mahal sebagai pembungkus jasadnya, dan meninggalkan seluruh harta benda yang dulu sangat menghabiskan setiap waktu dari umurnya hanya untuk harta tersebut.
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah memilih yang mahal untuk kain kafan, karena ia akan lekas rusak." [HR Abu Dawud]
Semoga kematian yang sering kita lihat disekitar kita membuat kita sadar bahwa harta merupakan kebaikan buat kita yang pandai dalam memanfaatkannya untuk akhirat kita dan harta juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan ketika kita dikuasai oleh syahwat dunia saja.
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS AL Baqarah 2 : 195)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS Al Takaatsur 102 : 1 – 8)
[1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1599]. 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Wallahu a’lam bishshawab ...