Jumat, 09 September 2011

Mewaspadai Kesenangan Yang Secuil

Mewaspadai Kesenangan Yang Secuil by Alexyusandria Moenir on RM terbit Senin 06 Desember 2010 16:05
Dalam menjalani kehidupan banyak sekali manusia merasa tak puas atas apa yang telah diperolehnya, sehingga mereka berlomba lomba dalam meraih impian yang tak pernah usai didunia ini. Ketakpuasan yang ada dalam diri seseorang mampu membuatnya menghalalkan segala cara  untuk mendapatkan segala keinginannya, baik berupa harta, jabatan ataupun hal hal lainnya yang lebih bersifat keduniawian.
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS Ar Ra’d 13 : 26)
Begitu kuatnya syahwat manusia terhadap kesenangan dunia, sehingga sering membuatnya lupa akan ajaran dan perintah agama yang memiliki aturan tertentu dalam menjalani kehidupan didunia yang mesti dipertanggung jawabkan diakhirat kelak.
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (QS Al Qiyaamah 75 : 36)
Ketakpuasan yang berlebihan dalam diri seseorang ini dapat membuatnya jatuh pada kesombongan dan tidak bersyukur atas rahmat Allah subhanahu wata’ala yang telah diterimanya.Kelalaian manusia terhadap dunia ini sebenarnya telah dialami oleh ummat terdahulu seperti yang diberitakan dalam Al Qur’an oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai bukti pengajaran bagi kita ummat sesudahnya.
Dapat kita sebutkan Qarun sebagai contoh yang diberikan Allah kekayaan yang berlimpah, sehingga riwayat Qarun ini membekas pada kita dalam penyebutan harta yang berlimpah dengan sebutan harta karun.
Qarun yang diberikan harta yang banyak oleh Allah ini sangat terlena dengan kekayaannya, sehingga menganggap bahwa dirinya lah yang menyebabkan datangnya harta tersebut. Dia melupakan rahmat Allah atas kehidupan yang menyenangkan yang telah dinikmatinya.
Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS Al Qashash 28 : 78)
Fir’aun yang merupakan raja yang  kuat dengan kekuasaan yang tak terbatas yang diberlakukannya selama memerintah, bersikap sombong dengan menganggap bahwa dirinya adalah Tuhan yang patut disembah,bukan Tuhan yang disembah oleh Musa dan Harun yang telah menciptakan, menghidupkan dan mematikan.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat[1124] kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta." (QS Qashash 28 : 38)
[1124]. Maksudnya: membuat batu bata.
Juga kesombongan kaum ‘Aad yang memiliki kemampuan mendirikan bangunan-bangunan yang tinggi dimana  tidak pernah ada bangunan sebelumnya sehebat bangunan mereka, serta kaum Tsamud yang memiliki kemampuan membangun bunker-bunker di bawah gunung batu dengan kekuatan fisik dan teknologinya. Hal ini menyebabkan mereka tidak mau melakukan pengabdian kepada Allah Subhanahu wata’ala, sehingga akhirnya Allah menghancurkan dan membinasakan mereka.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi[1573], yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah[1574], dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (QS Al Fajr 89 : 6 – 14)
[1573]. Iram ialah ibukota kaum 'Aad.
[1574]. Lembah ini terletak di bagian utara jazirah Arab antara kota Madinah dan Syam. Mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal mereka dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal mereka dan tempat berlindung.
Semua kesombongan dan ketakaburan yang ditunjukkan oleh manusia terdahulu tersebut berasal dari ketakpuasan atas apa yang telah dimilikinya dan selalu menginginkan lebih dan lebih. Begitulah kita manusia yang tak pernah terpuaskan jika kita selalu menuruti hawa nafsu yang berasal dari godaan setan ini dan tidak membentengi diri dengan keimanan yang setiap saat mesti kita jaga dan tambah agar dapat membantu kita membatasi diri terhadap godaan dunia yang memang sangat sulit buat ditolak ini.
Godaan setan terhadap manusia ini telah dimulai semenjak nabi Adam yang merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah digoda di surga sehingga dibuang Allah kedunia.
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia[949]. (QS Thaaha 20 : 120 -121)
[948]. Pohon itu dinamakan Syajaratulkhuldi (Pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati.
[949]. Yang dimaksud dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah karena lupa, dengan tidak sengaja, sebagaimana disebutkan dalam ayat 115 surat ini. Dan yang dimaksud dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan syaitan. Kesalahan Adam alaihi sallam meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai durhaka dan sesat, karena tingginya martabat Adam alaihi sallam dan untuk menjadi teladan bagi orang besar dan pemimpin-pemimpin agar menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang bagaimanapun kecilnya.
Dan terlebih dizaman sekarang ini dimana teknologi telah maju sehingga manusia memiliki banyak fasilitas buat menyenangkan diri, semakin membuat kita kian bergairah untuk meningkatkan kehidupan seolah olah dunia ini takkan pernah berakhir. Tabiat yang senang bermegah megahan ini sangat ditentang oleh Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS Al Takaatsur 102 : 1 – 8)
[1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1599]. 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S.102:1-2) turun berkenaan dengan dua qabilah Anshar. Bani Haritsah dan Bani Harts yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya dengan saling bertanya: "Apakah kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si Anu?" Mereka menyombongkan diri pula dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka mengajak pula pergi ke kubur untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya yang sudah gugur, dengan menunjukkan keburannya. Ayat ini (S.102:1-2) turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga terlalaikan ibadahnya kepada Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ali pernah berkata: "Pada mulanya kami sangsi akan siksa qubur. Setelah turunnya ayat ini (S.102:1-4) hilanglah kesangsian itu." (Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari Ali)
Peringatan Allah terhadap sikap sikap manusia yang senang sekali mengejar dunia dengan menumpuk harta, mengejar jabatan dan hidup bermegah megahan ini, seharusnya membuat hati kita yang selama ini tertutup akan karunia Allah terhadap kita, mulai hari ini berubah menjadi sadar diri bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara saja dan seharusnya kita bersyukur atas rahmat Allah yang sangat banyak buat manusia. Dan salah satu rahmatNya adalah kesempatan yang masih diberikan kepada kita untuk memperbaiki sikap dan amalan baik serta amal ibadah kita yang selama ini sangat kurang kepadaNya.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al Hadiid 57 : 20)
Wallahu a'lam bishshawab ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar