Jumat, 09 September 2011

Menghadapi kerabat yang musyrik

Menghadapi kerabat yang musyrik by Alexyusandria Moenir on Sunday, December 26, 2010 at 9:47am
Persolan akidah merupakan rahasia Allah subhanahu wata'ala, karena itu diantara manusia ini ada yang bertakwa kepada Alalh dan ada juga yang ingkar. Dan tidak setiap manusia diberikan petunjuk dan hidayah oleh Allah subhanahu wata'ala.
Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang[834].(QS An Nahl 16 : 82)
[834]. Maksudnya: Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepada seseorang sehingga dia beriman.
Begitu juga dalam kehidupan berkeluarga, adakalanya diantara bersaudara yang terlahir muslim semuanya, salah satunya menjadi ingkar, begitu juga ketika Allah memberikan hidayahNya buat seseorang yang terlahir bukan dari keluarga Muslim, namun berkat hidayah Taufik yang diberikan Allah, maka dia memeluk ajaran Tauhid ini yaitu Islam.
Ketika terjadi perbedaan akidah antara seorang anak yang menjadi muslim dengan keluarga yang bukan muslim, maka akan banyak pertentangan yang timbul akibat perbedaan akidah tersebut. Dan Al Qur'an memberikan petunjukNya buat kita menghadapi persoalan tersebut, agar manusia dapat mengambil hikmah pelajaran dari Nya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Luqman 31 : 15)
Maksud yang dikandung dari QS Luqman ayat 15 diatas dapat dijelaskan berdasarkan Tafsir Al Azhar karangan Buya Hamka Juzu’ 21 halaman 5568 sebagai berikut :
Jika kedua orang tua menyuruh si anak buat mengikutinya dalam mempersekutukan Allah, artinya sianak diajak oleh orang tua untuk menukar ilmu dengan kebodohan dan menukar Tauhid dengan kesyirikan, dalam hal ini Allah memberi pedoman melalui sambungan ayat tersebut yaitu “maka janganlah kamu mengikuti keduanya”.
Dan kemudian dilanjutkan dengan “Dan Pergauilah keduanya didunia dengan baik” artinya bahwa keduanya selalu dihormati, disayangi dicintai dengan sepatutnya, dengan yang ma’ruf. Jangan mereka dicaci dan dihina, melainkan tunjukkan saja bahwa memang berbeda antara akidah anak dengan akidah kedua orang tua yang masih musyrik. Dan andaikan mereka sudah tua, asuhlah mereka dengan baik. Tunjukkanlah bahwa seorang muslim adalah seorang budiman tulen !
Menurut Riwayat, hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah shalallau ‘alaihi wa sallam yang bernama Sa’ad. Menurut tafsir Ibnu Katsir ialah Sa’ad bin Malik, tetapi menurut tafsir al Qurthubi dan yang lain terjadi pada diri Sa’ad bin Abu Waqqash. Sa’ad bercerita : “Aku ini adalah seorang yang sangat khidmat kepada ibuku.Setelah aku masuk Islam ibuku berkata :”Apakah yang telah aku lihat terjadi pada dirimu ini?Engkau tinggalkan agamamu ini atau aku tidak makan tidak minum sampai aku mati, sehingga semua orang menyalahkan engkau, dikatakan orang “Hai Pembunuh ibunya!”
Lalu aku jawab : “Jangan engkau berbuat begitu wahai ibuku! Aku tidak akan meninggalkan agamaku ini walaupun apa sebabnya.”
Maka diapun tidak mau makan sampai sehari semalam. Setelah hari pagi, kelihatan dia sudah letih. Ditambahnya sehari semalam lagi tidak makan dan tidak minum.Paginya dia sudah sangat letih.Lalu sudah hari ketiga, dia tidak makan dan tidak minum sehari semalam pula.Paginya dia tidak dapat bangkit lagi karena letihnya.Setelah aku lihat keadaannya demikian, berkatalah aku :”Wahai ibuku! Hendaklah ibu ketahui, walaupun ibu mempunyai 100 nyawa, lalu nyawa itu lepas dari tubuh ibu satu demi satu, tidaklah aku akan meninggalkan agamaku ini. Kalau ibu suka lebih baik ibu makan. Kalau tidak suka teruslah tidak makan.”
“Mendengar jawabku setegas itu akhirnya beliau makan juga.” Begitulah riwayat kejadian antara Sa’ad dengan ibunya itu.
Lalu sambungan ayat “dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku” Yaitu jalan yang ditempuh oleh orang orang yang beriman. Karena itulah jalan yang selamat,jalan yang tidak berbahaya.
Kemudian dilanjutkan dengan ayat “kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu”. Karena datangnya kita ini adalah dari Allah, perjalanan hidup didunia ini dalam jalinan Allah dan kelak akan pulang kepadaNya jua, “maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (ujung ayat 15). Allah lah kelak yang akan menilai buruk baiknya apa yang kita amalkan sekalian didunia ini. Sebab itulah maka dari sekaranglah bimbingan Allah wajib diterima, dengan menempuh jalan yang ditempuh oleh orang orang yang beriman. Jangan menempuh jalan sendiri.
Mudah mudahan kita semua bisa mengambil pelajaran dari hikmah yang telah diberikan oleh Kitabullah yang Alhamdulillah diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada kita sebagai ummat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ...
Wallahu a’lam bishshawab ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar