Selasa, 06 September 2011

Tepatilah Janji dan Sumpah

Tepatilah Janji dan Sumpah by Alexyusandria on RM Senin 29 November 2010 14 : 13
Titian binaso lapuak, janji binaso mungkia. (Artinya : Jembatan bisa binasa karena lapuk dan janji bisa binasa karena diingkari). Pepatah tua dari Minangkabau ini sering sekali diplesetkan menjadi “Titian biaso lapuak, janji biaso mungkia”. (Artinya : Jembatan sudah biasa menjadi lapuk dan janji merupakan hal biasa jika diingkari).
Pengingkaran janji yang sering kita lakukan sebagai manusia memang lumrah terjadi, karena berbagai alasan, yang kadang kadang tepat namun bisa juga karena dicari cari atau mengada ada.Padahal janji yang telah terucap merupakan utang yang harus dibayar, karena Allah akan meminta pertanggung jawabannya kelak dihari akhir, dimana seluruh amalan baik dan buruk akan ditimbang dengan seadil adilnya oleh Allah subhanahu wata’ala.
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya (QS Al Israa’ 17 : 34)
Pernahkah kita menyadari bahwa kekecewaan yang kita rasakan akibat pengingkaran janji oleh seseorang terhadap kita juga akan berdampak sama ketika kita tidak menepati janji kita pada orang lain?
Lidah memang tidak bertulang,namun bukan menjadi alasan ketika kata kata yang telah keluar tidak dipertanggung jawabkan oleh masing masing pribadi ketika mengucapkannya,karena sesungguhnya manusia itu yang dipegang adalah kata katanya.Oleh sebab itu seharusnya kita berhati hati dalam mengeluarkan kata apapun dari mulut kita terhadap orang lain. Terutama kata kata yang berupa janji, sebaiknya fikirkan dahulu sebelum mengucapkannya.
Janji yang telah terlafazkan dari mulut kita akan dicatat oleh kedua Malaikat pencatat amalan baik dan amalan buruk manusia yang tak pernah lalai dalam mengisi buku agenda penilaian masing masing manusia. Lagipula, janji bukan saja hanya sekedar kata kata saja, tapi juga bisa berupa sumpah yang kita ucapkan terhadap seseorang maupun waktu seseorang bersumpah ketika menerima suatu jabatan yang bersedia dipikulnya sebagai amanah yang harus dipenuhi untuk dipertanggung jawabkan kelak diakhirat.
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun[140]. (QS Al Baqarah 2 : 225)
[140]. Halim berarti penyantun, tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.
Begitu besar pengaruh janji yang telah diucapkan oleh seseorang, sebenarnya bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia, karena sesungguhnya masalah janji ini telah ada sejak zaman manusia diciptakan. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para nabi dan Imam ahlut tauhid merupakan orang yang menepati janji, sehingga dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (QS An Najm 53 : 37)
Maksudnya bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah melaksanakan seluruh perintah  Allah Subhanahu wa Ta’ala yang merupakan ujian buatnya baik dari syariat, pokok-pokok agama, maupun  cabang-cabangnya.
Dan juga Nabi Ismail yang menepati janjinya ketika dia bersedia buat memenuhi apapun yang Allah perintahkan, sehingga ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim buat menyembelih Nabi Ismail melalui mimpi Nabi Ibrahim, Nabi Ismailpun menyatakan kesediaannya dan menepati janjinya tersebut.
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.  (QS Maryam 19 : 54) 
Begitu juga dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang memang berakhlak terbaik sebagai nabi penutup diakhir zaman, beliau terkenal sangat jujur dan amanah. Tak satupun janji yang telah beliau ucapkan yang tidak ditepati, bahkan janji terhadap orang kafirpun selalu beliau tepati. Meskipun seringkali terjadi,para kafirun lah yang selalu mengingkari janjinya.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah (janjinya), (QS Al-Ahzab 33 : 23)
[1208]. Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.
Begitu pentingnya menepati janji bagi orang mukmin, sehingga kita sebagai generasi di ujung zaman, seharusnya juga mengikuti sunnah yang telah diwariskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat serta pengikutnya yang patuh dan taat akan ajaran beliau yang memang bersumberkan dari Kalamullah tersebut.
Jika kita mengingkari janji dan sumpah yang telah diucapkan karena Allah subhanahu wata’ala, maka pengingkaran yang kita lakukan tersebut tak ubahnya ibarat iblis yang memang tak pernah menepati janji dan selalu mengumbar janji janji manis saja untuk membujuk rayu manusia agar termakan godaannya. Dan termasuk orang munafiklah jika kita berjanji tapi tak menepatinya.
Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS Al Anfaal 8 : 48)
Pada waktu perang Badr, Iblis datang bersama para setan pasukannya dengan membawa bendera. Ia menjelma seperti seorang lelaki dari Bani Mudlaj dalam bentuk seseorang yang bernama Suraqah bin Malik bin Ju’syum. Ia berkata kepada kaum musyrikin : “Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini. Dan aku ini sesungguhnya pelindung kalian.” Tatkala dua pasukan siap bertempur, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam debu lalu menaburkannya pada wajah pasukan musyrikin sehingga mereka lari ke belakang. Kemudian malaikat Jibril mendatangi Iblis. Ketika Iblis melihat Jibril dan waktu itu tangannya ada pada genggaman seorang lelaki, ia berusaha melepaskannya kemudian lari terbirit-birit beserta pasukannya. Lelaki tadi berkata: Wahai Suraqah, bukankah kamu telah menyatakan pembelaan terhadap kami?” Iblis berkata: “Aku melihat apa yang tidak kamu lihat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/330 dan Ar-Rahiq Al-Makhtum hal. 304)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Siapa yang ada padanya empat karakter, maka ia adalah seorang munafik sejati: Yang bila bicara, berdusta; bila berjanji, ingkar janji; bila membuat perjanjian, berkhianat dan bila bertengkar, sadis (berlebihan dalam memerangi). Siapa yang ada padanya salah satu darinya, maka berarti ada padanya satu kemunafikan hingga ia meninggalkannya." (HR Bukhari  3178)
Tentu saja jika kita benar benar memahami ajaran Rasulullah yang mengutamakan masalah janji yang harus ditepati ini, kita akan hati hati dalam mengucapkan janji terhadap sesama karena takut tak mampu untuk menepatinya. Apalagi bila janji itu diucapkan dalam sumpah yang dilakukan dengan kesadaran penuh, dimana saat melahirkan sumpah tersebut, Malaikat mencatatnya dalam agenda amalan baik dan buruk manusia untuk nanti akan dibentangkan diakhirat dalam pengadilan akhir dimana Allah akan menjadi hakim yang paling Adil tanpa membeda bedakan manusia dan menilai sesuai dengan  catatan amalannya.
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS An Nahl 16 : 91)
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS Al An’aam 6 : 152)
[519]. Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri.

[520]. Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.
Bahkan terhadap orang kafirpun kita harus menepati janji selama waktu kesepakatan yang telah kita buat dengannya dan selama orang kafir itu tetap berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati tersebut.
kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya[629]. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. (QS At Taubah 9 : 4)
[629]. Maksud yang diberi tangguh empat bulan itu ialah: mereka yang memungkiri janji mereka dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Adapun mereka yang tidak memungkiri janjinya maka perjanjian itu diteruskan sampai berakhir masa yang ditentukan dalam perjanjian itu. Sesudah berakhir masa itu, maka tiada lagi perdamaian dengan orang-orang musyrikin.
Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam[632]? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS At Taubah 9 : 7)
[632]. Yang dimaksud dengan dekat Masjidilharam ialah: Al-Hudaibiyah, suatu tempat yang terletak dekat Makkah di jalan ke Madinah. Pada tempat itu Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan kaum musyrikin dalam masa 10 tahun.
Betapa sederhananya sebuah kata kata yang keluar dalam bentuk janji, namun sungguh berat pertanggung jawaban buat menepatinya.Bukan saja janji terhadap sesama namun yang paling berat adalah janji karena Allah subhanahu wata’ala.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27)
Kita sangat beruntung sebagai ummat Nabi Muhammad, karena Rasulullah telah meninggalkan tuntunan yang sempurna buat kita ikuti dalam bentuk Al Qur’an dan Sunnah yang telah beliau wariskan. Dan sebagai bentuk salah satu keta’atan kita akan ajaran Rasulullah tersebut, maka marilah kita bersama sama mulai membentuk pribadi diri yang jujur, dan amanah dengan cara berhati hati dalam mengucapkan janji dan sumpah serta berusaha untuk menepatinya, karena kita sama sama menyadari bahwa janji dan sumpah tersebut akan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah Subhanahu wata’ala.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Perlindungan Muslim itu (seperti) satu kesatuan, (dapat) diupayakan oleh kalangan bawah di antara mereka; siapa saja yang mengkhianati seorang Muslim, maka mendapat laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia, tidak diterima syafaat dan fidyah darinya." (HR Bukhari : 3179)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada umatnya bahwa perjanjian tidak boleh dibatalkan tetapi harus ditepati dalam sabdanya, "Aku tidak melanggar perjanjian dan tidak membunuh para utusan." (HR Abu Daud : 2758 dan diriwayatkan Imam Ahmad di dalam Musnad al-Anshar.)
Wallahu a'lam bisshawab ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar