Sabtu, 03 September 2011

Kebenaran .. harus sesuai antara niat, cara dan tujuan

Kebenaran .. harus sesuai antara niat, cara dan tujuan by Alexyusandria Moenir on Sunday, February 20, 2011 at 11:13pm
Kadang kadang kita mendengar suatu pendapat yang mengatakan, ah .. yang pentingkan tujuannya. Maksudnya selagi tujuannya benar, tidak masalah cara melaksanakannya.
Dalam Islam, hal ini tidak dibenarkan, karena jika kita ingin mencapai suatu tujuan yang baik, lakukanlah dengan cara yang juga baik dan sesuai dengan syar'i.
Misalnya saja dalam beribadah, meskipun tujuannya lilahi ta'ala, namun karena cara dan rukunnya tidak benar, maka ibadah tersebut bisa menjadi tidak sah. Begitu juga dengan bersedekah atau berzakat. Sedekah dan Zakat tidak dapat diberikan jika uang yang dipergunakan merupakan hasil curian, korupsi atau merupakan uang haram lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati. Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka. (HR. Abu Dawud)
Begitu juga dalam berdakwah, haruslah tetap berada dijalan lurus yang telah Alalh tetapkan. Artinya, tidak boleh berdakwah karena iming iming harta, iming iming ketenaran maupun dakwah yang ingin menyenangkan hati seseorang saja.
Sebagai contoh saat Nabi ditawarkan oleh para pemimpin kafir Quraisy Mekkah untuk sedikit “toleran” dalam menyiarkan ajaran Islam dengan bergantian menyembah Tuhan dengan tawaran Kekuasaan sebagai pemimpin Mekkah, Wanita cantik untuk dijadikan istri, dan harta yang berlimpah, Nabi menolak. Nabi berkata “Seandainya Matahari ditaruh di tangan kananku dan Rembulan di tangan kiriku, niscaya aku tetap akan terus menyiarkan dakwah Islam yang lurus.” Sebagai gantinya turunlah surat Al Kafiruun yang menyatakan bahwa Nabi tidak akan menyembah Tuhan yang kaum kafir sembah demikian pula sebaliknya. Untukmu agamamu dan untukku agamaku!
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. [QS Al Jaatsiyah 45 : 18]
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, [QS Al Maa-idah 5 : 48]
[421]. Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. [422]. Maksudnya: umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan umat-umat yang sebelumnya. 
dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [QS Al Maa-idah 5 : 49]
Jadi dalam menyampaikan kebenaran Islam itu, kita hanya berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah, meskipun orang kafir dan orang musyrik membencinya. Bahkan Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya tetap istiqamah menyampaikan ajaran Islam yang lurus dengan cara yang benar meski mereka dibenci oleh orang-orang kafir dan terancam untuk dibunuh.
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil[432], dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. [QS Al Maa’idah 5 : 70]
[432]. Perjanjian itu ialah: mereka beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya
Kebenaran itu merupakan sesuatu yang tidak butuh pendukung kecuali dalil yang syar'i. Begitu juga dalam adab berpakaian. meskipun mungkin orang orang akan melihat dengan aneh, hijab yang menutupi tubuh seorang wanita, namun karena begitulah perintah yang syar'i, maka wanita muslimah tidak boleh mangingkarinya, walau mereka harus kehilangan pekerjaannya. 
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. [QS Al Mu’minuun 23 : 71]
Dalam hidup ini tiada yang lebih berharga selain keberkahan dunia buat akhirat, karena itulah kita harus berusaha mengisi dunia ini dengan banyak ibadah dan kebaikan agar kita dapatkan kebaikan diakhirat kelak, karena hisab itu merupakan sesuatu yang pasti, dan dimanakah tempat kita diakhirat nanti, kehidupan didunia inilah yang menentukan.
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (QS Ar Ra'd 13 : 18)
Wallahu 'alam bishshawab ... ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar