Senin, 12 September 2011

Kepapaan seorang hamba ketika datang dan kembali

Kepapaan seorang hamba ketika datang dan kembali by Alexyusandria Moenir on Sunday, December 12, 2010 at 7:18am
Sesungguhnya hanya orang-orang yang cerdaslah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati.
Sahabat yang mulia, putra dari sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan : “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata : ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab : ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab : “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Saat terlahir kedunia tak seorangpun hamba Allah yang memiliki harta, melainkan telanjang dan menangis.Entah karena bahagia telah diamanahkan ruh oleh Allah subhanahu wata'ala atau karena sedih dan takut tak mampu menjadi hamba yang saleh dan salehah dalam menghadapi dunia ini.
"Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR.Bukhari)
Sebagai anak yang kemudian dididik dan dibesarkan oleh orang tua, masing masing kita tumbuh dengan pola yang berbeda dan  sebagai hamba yang menjadi khalifah dimuka bumi ini, kita isi kehidupan ini sesuai dengan ajaran yang kita terima. Seorang anak yang tumbuh dilingkungan orang kaya secara duniawi, akan hidup mengikuti harta yang dimilikinya, sementara yang tumbuh dilingkungan sebaliknya ikut cara hidup orang yang tak punya sesuai dengan kemampuan orang tuanya.Namun diantara kedua perbedaan keadaan yang kontras itu, bukan tak mungkin orang yang dilimpahi harta merupakan orang saleh yang alim dan ta'at, sementara yang miskin harta juga bisa saja miskin hati dan jiwa, atau keadaan sebailknya terjadi.
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS Ar Ra’d 13 : 26)
Karena sebenarnya harta itu tergantung orang yang memilikinya, karena limpahan harta yang banyak ataupun tidak berharta, merupakan ujian buat masing masing individu.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al Hadiid 57 : 20)
Mencontoh pada kehidupan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, Al Amin tersebut dimuliakan Allah bukan karena hartanya, namun karena akhlak yang dimiliki.Sebagai pemimpin ummat, Rasulullah merupakan contoh orang berkuasa yang tidak mementingkan harta seperti manusia pada zaman sekarang ini, dimana kadang kadang manusia berfikir bahwa tak dapat hidup tanpa harta, karena apapun urusan didunia ini membutuhkan uang atau harta, padahal kita sadar bahwa kehidupan didunia ini hanyalah sementara saja.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (QS Ar Rahman 55 : 26)
Namun tetap saja kita berusaha dengan segala cara untuk dapat memiliki harta yang banyak, sehingga manusia sering lupa jalan baik yang harus ditempuhnya, bahkan lupa yang bukan menjadi haknya, sehingga semua cara baginya adalah sama dan hak.Rasa malu yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam untuk umat yang telah diberikan oleh Allah agama yang sempurna ini, telah hilang dalam diri masing masing orang yang mengaku muslim ini.
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Malu adalah sebagian dari iman." [Muttafaq Alaihi]
Keinginan maju yang berlebihan dalam diri seorang manusia, sering meningkatkan ambisi keduniawian dalam dirinya sehingga tiada batasan antara yang haq dan yang bathil lagi dihatinya.Dirinya dipenuhi oleh fikiran harus menambah dan menambah lagi segala yang telah dimilikinya.
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al Baqarah 2 : 188)
Kenikmatan dunia membuat manusia lupa bahwa ketika suatu hari harus pulang ke Pemilik yang sebenarnya, dia hanya membawa tiga helai kain kafan yang harganyapun tidak mahal sebagai pembungkus jasadnya, dan meninggalkan seluruh harta benda yang dulu sangat menghabiskan setiap waktu dari umurnya hanya untuk harta tersebut.
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah memilih yang mahal untuk kain kafan, karena ia akan lekas rusak." [HR Abu Dawud]
Semoga kematian yang sering kita lihat disekitar kita membuat kita sadar bahwa harta merupakan kebaikan buat kita yang pandai dalam memanfaatkannya untuk akhirat kita dan harta juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan ketika kita dikuasai oleh syahwat dunia saja.
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS AL Baqarah 2 : 195)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598], sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS Al Takaatsur 102 : 1 – 8)
[1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1599]. 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Wallahu a’lam bishshawab ... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar