Minggu, 04 September 2011

Hubungan orang tua dan anak menurut Al Qur’an dan Sunnah

Hubungan orang tua dan anak menurut Al Qur’an dan Sunnah by Alexyusandria Moenir at Jum’at 05 November 2010 10.90am to RM terbit 06 November 2010 06:18

Ibu,mama,bunda,umi atau apalah panggilan yang bermaksud sama adalah orang yang telah  mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari, melahirkan lalu menyusui dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang. Ibu yang setiap saat siap untuk memeluk ketika ketakutan menghantui sianak, membelai ketika kesedihan mendera hati, memberi semangat ketika kekecewaan meliputi hidup.
Ibu merupakan sosok yang harus dihormati, meskipun langkah tegarnya mulai terseok seok dimakan usia. Walau pendengarannya mulai sayup diusia uzurnya. Namun ibulah yang membuat tubuh lemah sang anak tumbuh menjadi dewasa dengan kasih sayangnya, didikannya dan dorongan semangatnya yang tak pernah pudar.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al Ahqaaf 46 : 15)
Seorang ibu yang pada mulanya melangkah didepan sang anak untuk mengajarnya melihat dunia, tetap akan berusaha berdiri didepan sang anak demi melindungi buah hatinya meskipun usia tua mulai menggayutinya. Tubuh renta seorang ibu sering berbuat sebagai benteng yang kokoh buat sang anak, dan kadangkala menjadi karang yang keras menanti hempasan ombak buat melindungi sibuah hati, karena seorang ibu takkan merubah hakikat sebenarnya sebagai ibu yang menyayangi anak anaknya, melindungi dan sering memperlakukan sianak seolah olah masih bayi yang rentan terhadap deraan kehidupan.
Entah kenapa, meskipun seorang anak takkan terlahir kedunia tanpa campur tangan sang ayah, namun naluri kedekatannya sering terhubung erat kepada ibu. Mungkin karena air susu ibulah yang membuat naluri anak lebih terjalin rapat dengan ibunya.Sehingga sering dikatakan bahwa surga itu terletak dibawah telapak kaki ibu.
Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih)
Kadang kala seorang anak yang telah dewasa menyia nyiakan waktunya bersama kedua orang tuanya.Melepaskan kebersamaan yang banyak dengan mereka, sehingga naluri yang semestinya dekat tersebut mulai melepaskan simpulnya akibat kesibukan duniawi yang menuntut lebih seiring waktu yang berjalan. Jika sebelumya simpul itu mulai renggang karena kesibukan orang tua yang mengejar dunia yang katanya demi kepentingan anak anak mereka,maka setelah anak anak dewasa, simpul yang renggang itupun mulai lepas satu persatu demi duniawi sianak.
Begitulah hidup membolak balikkan keadaan karena kekosongan pada hati yang dibiarkan berlarut larut dalam syahwat dunia manusia. Dimana seharusnya didalamnya tersimpan mengenai kewajiban dan hak anak terhadap orang tua dan begitu juga sebaliknya yang wajib bagi masing masing pihak untuk memenuhinya.
Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR Bukhari)
Seorang datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)
Meskipun kewajiban anak terhadap ibunyalah yang paling sering diutarakan, namun bukan berarti ayah tidak memiliki tempat yang penting diantara anak anaknya. Karena meskipun sering sekali posisi ayah tidaklah sedekat ibu terhadap anak anaknya, namun karena ayahlah anak bisa terlahir dari rahim ibu. Sehingga kewajiban anak terhadap ibunya juga berlaku terhadap ayah.
Barangsiapa menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan dia mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan baginya. (HR Muslim)
Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR Al Hakim)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR Ibnu Majah)
Hari ini kita menjadi seorang anak, namun suatu hari akan datang masanya kita memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Dan jika kita ingin anak kita berlaku baik pada kita sebagai orang tuanya, tentulah disaat kita sebagai anakpun harus berlaku baik pada orang tua kita masing masing.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850]. (QS Al Israa’ 17 : 23)

[850]. Mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Sekarang begitu banyak kemungkaran yang terjadi dimuka bumi ini akibat kedurhakaan anak terhadap orang tuanya, dimana seringkali nasehat orang tua tersebut sudah dianggap tidak penting lagi oleh sianak.Bahkan yang paling ironisnya adalah orang tua takut dan patuh pada keinginan si anak. Hal ini jika difikirkan lebih mendalam lagi, sebenarnya bukanlah semata mata kesalahan sianak saja, namun bisa jadi merupakan kesalahan orang tua juga yang telah salah dalam cara mendidik anak.

Sebagian orang tua kadang kadang menganggap kesalahan itu sebagai hal yang wajar dilakukan oleh anak yang masih kecil karena dianggap anak belum tahu apa apa, dan berfikir bahwa anak masih belum mampu mencerna nasehat, sehingga kesalahan tersebut yang pada mulanya kecil saja, namun karena dibiarkan terus menerus maka akan menjadi kebiasaan pada si anak sehingga kesalahan tersebut berkembang semakin tidak baik. Dan disaat orang tua menyadari kekurang ajaran anak yang telah dewasa, maka segala sesuatunya sudah cukup terlambat dan sulit untuk diperbaiki lagi.

Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : "Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya." Ada seseorang bertanya: Adakah seseorang akan memaki orang tuanya. Beliau bersabda: "Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya." (Muttafaq Alaihi)

Cintailah anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki. (HR. Ath-Thahawi)
Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Rafi’ ra, telah berkata : Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ (HR Al Hakim)
Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR Muslim)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman 31 : 14)
[1180]. Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Hubungan antara orang tua dan anak ibarat lingkaran yang takkan pernah putus, saling terhubung satu sama lain, meskipun terjadi perceraian antara ayah dan ibu, namun anak tak kan pernah kehilangan hak dan kewajiban terhadap ayah dan ibunya, begitu juga sebaliknya ayah dan ibu tetap memiliki kewajiban dan tidak kehilangan hak terhadap anak nya dunia dan akhirat.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’ (HR At Tirmidzy)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR Muslim)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS Al Israa’ 17 : 24)

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." (QS Nuh 71 : 28)

Wallahu a'lam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar