Selasa, 06 September 2011

Hikmah


Hikmah by Alexyusandria Moenir on Monday, January 3, 2011 at 8:37am
Dalam menjalani kehidupan ini, tak henti hentinya Allah menguji hamba hamba yang dikehendakiNya dengan berbagai ujian didunia ini. Ada ujian yang berupa pujian dan hinaan, ujian kekayaan dan kemiskinan, ujian kesehatan dan penyakit serta ujian musibah yang ditimpakan melalui gempa dan bencana alam lainnya, dimana semua itu diberikan kepada manusia agar mampu mengambil hikmah dari setiap keadaan yang dialaminya, apakah dia bersyukur atau justru kufur.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al 'Ankabuut 29 : 2)

Masing masing kita pernah mengalami yang namanya dipuji dan disepelekan, bahkan kadang dihina dan direndahkan. Tentu saja hal ini sangat menyakitkan hati, karena secara langsung ataupun tidak perbuatan yang merendahkan ini dengan telak telah menyinggung ego kita sebagai manusia yang memiliki hati dan perasaan.

Allah tidak menyukai ucapan buruk[371], (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya[372]. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS An Nisaa' 4 : 148)

[371]. Ucapan buruk sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya.

[372]. Maksudnya: orang yang teraniaya oleh mengemukakan kepada hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menganiayanya.

Bahkan ketika ada sebagian golongan lain menghina agama kita, Allah menyuruh kita bersabar.Hal ini dapat kita lihat pada suatu kejadian dimana suatu waktu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sedang diduduk diberanda rumah bersama istrinya Aisyah Radiyallaahu ‘anha. Lewatlah seorang yahudi yang kemudian mengolok-olok Nabi. Ia mengeluarkan kata-kata yang kasar. Aisyah beranjak dari tempat duduknya dengan muka yang merah dan hendak membalas apa yang dikatakan seorang yahudi tadi. Dengan lembah lembut, Nabi menutup mulut Aisyah dengan telapak tangannya dan berkata : Lemah lembutlah Aisyah. Allah mencintai hamba-Nya yang lembut. Allah memberi   karena kelembutan. Allah tidak memberi karena kekerasan dan tidak juga karena yang lain.” (HR Muslim)

Sebenarnya hal ini merupakan ujian Allah atas kesabaran seorang hamba yang dihina dan direndahkan oleh sesamanya, juga merupakan ujian bagi orang orang yang mempergunakan lidahnya dalam ketakbaikan.

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.(QS Muhammad 47 : 31)

Adakalanya Allah menguji kita sebagai hambaNya melalui penyakit yang diberikan kepada kita. Bagaimanakah kita menyikapi diri dalam menghadapi penyakit yang kapan saja bisa mendera kita, karena para Nabi yang tak diragukan lagi ketaatannya kepada Allah Subhanahu wata'ala seperti Nabi Sulaiman As, Nabi Ayub As, Nabi Yakub As dan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam juga pernah diuji Allah Subhanahu wata'ala dengan mengalami sakit. Sakit mereka bukan lantaran ketidaktaatan namun lebih karena ujian Allah Subhanahu wata'ala kepada para Nabi dan Rasul sebagai sunatullah kehidupan mereka yang pada dasarnya juga merupakan manusia biasa, sama seperti kita ini.

Belajar dari para Nabi dan Rasul bahwa saat mereka didera sakit, maka yang dilakukan mereka adalah berikhtiar dengan cara yang benar dengan terus memperkuat kesabaran, ketaatan dan berserah diri dengan sempurna dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wata'ala. Dan risalah terbaik untuk dijadikan rujukan tentunya adalah risalah terakhir yang dibawa oleh Nabi dan Rasul penutup zaman yaitu Al-Quran yang diturunkan Allah Subhanahu wata'ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk seluruh alam.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus 10 : 57)

Dan ketika ujian Allah itu berupa bencana alam yang ditimpakan kepada manusia, tetap saja harus kita terima dengan sikap sabar dan tawakal akan ketentuan Allah itu, karena dengan musibah itu Allah mengingatkan manusia agar tafakur, mengingat segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS As Syuura 42 : 30)

Adakalanya ujian Allah itu berupa kekayaan yang diberikan berlebih pada segolongan manusia dan diberikan kurang untuk golongan yang lain, yang kita kenal dengan istilah sikaya dan simiskin. Kedua golongan kaya dan miskin ini diberikan ujian melalui harta yang mereka miliki. Dimana sikaya diuji dengan kekayaannya apakah dia bersyukur dengan memanfaatkan hartanya dijalan Allah ataukah dia menjadi sombong seperti Qarun yang sombong karena hartanya yang berlimpah.

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa[1138], maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS Al Qashash 28 : 76 - 78)

[1138]. Qarun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku." Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"[1575]. (QS Al Fajr 89 : 15 - 16)

[1575]. Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Allah menciptakan manusia dengan paras yang berbeda, ada yang cantik tampan dan ada juga yang kurang menawan atau secara kasarnya buruk rupa. Namun ketampanan, dan kecantikan maupun rupa yang sebaliknya hanyalah bentuk yang Allah berikan kepada manusia sebagai ujian bagi pemiliknya. Sebagaimana ujian Allah pada rupa yang menawan yang diberikan Allah kepada Yusuf dengan ketampanannya.

Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka." Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." (QS Yusuf 12 : 31 - 32)

Pelajaran yang dapat dipetik dari berbagai ujian yang Allah berikan kepada manusia adalah agar manusia mampu mengambil hikmah dari setiap persoalan dan musibah yang diberikan. Dan merugilah kita ketika Allah memberikan kita ujian dalam bentuk apapun dan kita tidak bersyukur, dan malahan kita kufur. Naudzu billah min zaliq ...

Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS Az Zukhruf 43 : 4)

Wallahu a'lam bishshawab ... ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar