Minggu, 11 September 2011

Jangan mencela


Jangan mencela by Alexyusandria Moenir on Tuesday, December 21, 2010 at 9:41pm
Dalam pergaulan sehari hari, kita sering bercanda dengan sesama, saling melemparkan kata kata dengan maksud bermain main saja, sehingga tanpa disadari kadangkala kita  melontarkan kata kata yang merendahkan atau mengejek seseorang, meskipun bukan dengn maksud serius. Padahal telah begitu jelas dan gamblang Al Qur'an melarang manusia untuk saling mengejek atau merendahkan sesamanya, walau dengan alasan apapun. Bahkan dalam bersenda guraupun dilarang untuk merendahkan seseorang.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al Hujuraat 49 : 11)

[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.

[1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.

Syeikh Abdurrahman as Sa’di mengatakan : “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mengejek sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mengejek itu merasa kagum dengan dirinya sendiri. Padahal boleh jadi pihak yang diejek itu malah lebih baik dari pada pihak yang mengejek. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mengejek hanyalah dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Cukuplah seorang itu dinilai jahat jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim(HR Muslim dari Abu Hurairah)[Taisir al Karim al Rahman fi Tafsir Kalam al Mannan hal 953, terbitan Dar Ibnul Jauzi].


Dalam kegembiraan bergaul, manusia masih saja merasa sulit buat menjaga lisannya, apalagi dalam keadaan emosi, dimana amarah lebih menguasai hati dibandingkan akal sehat, sehingga kita sering menyakiti saudara kita tanpa peduli apa yang dirasakannya akibat kata kata yang telah kita keluarkan.

Lisan yang tak terjaga tersebut sebenarnya telah membuat malu diri orang yang mengeluarkannya, meskipun dia bermaksud untuk menyakiti seseorang yang ditujunya. Sesungguhnya kata kata yang dikeluarkan seseorang sebenarnya menunjukkan budi bahasa yang dimilikinya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)

Banyak jalan dan cara bagi manusia buat mengejek dan merendahkan sesamanya.Kadang kadang seseorang yang berharta merendahkan orang yang kurang berpunya, atau bisa saja seseorang yang merasa lebih banyak ilmunya merendahkan orang yang kurang berpengetahuan. Karena pada dasarnya masing masing individu berbeda beda levelnya dalam sisi harta, ilmu pengetahuan maupun sisi keimanan. 

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (QS Al Humazah 104 : 1)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Utsman dan Ibnu Umar berkata: "Masih segar terdengar di telinga kami bahwa ayat ini (S.104:1,2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya, yang selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari Utsman dan Ibnu Umar)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1,2,3) turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq yang selalu mengejek dan mengumpat orang. Ayat ini turun berkenaan sebagai teguran terhadap perbuatan seperti itu.(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari as-Suddi)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1-3) turun berkenaan dengan Jamil bin Amir al-Jumbi seorang tokoh musyrik yang selalu mengejek dan menghina orang. (Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari seorang suku Riqqah)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ummayah bin Khalaf selalu mencela dan menghina Rasulullah apabila berjumpa dengannya. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.104: sampai akhir surat) sebagai ancaman siksa yang sangat dahsyat terhadap orang-orang yang mempunyai anggapan dan berbuat seperti itu. (Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Ishaq)

Manusia dengan kebodohan yang ada padanya sering bermain main dengan olok olok tentang banyak hal, bahkan dalam masalah agama. Padahal Allah dalam Al Qur'an telah mengingatkan dengan firmanNya : 

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS At Taubah 9 : 65 - 66)

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya[302]. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya[303]. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa[304]. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina"[305], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.(QS An Nisaa' 4 : 46)

[302]. Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

[303]. Maksudnya mereka mengatakan : Kami mendengar, sedang hati mereka mengatakan: Kami tidak mau menuruti.

[304]. Maksudnya mereka mengatakan: Dengarlah, tetapi hati mereka mengatakan: Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli)

[305]. Lihat no. [80]. Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina

Semoga kita akan lebih berhati hati dalam bersenda gurau dan mempermainkan kata kata, karena sesungguhnya kata kata lah yang sering menjerumuskan seseorang pada keburukan akhlak.

Allah tidak menyukai ucapan buruk[371], (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya[372]. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS An Nisaa' 4 : 148)

[371]. Ucapan buruk sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya.

[372]. Maksudnya: orang yang teraniaya boleh mengemukakan kepada hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menganiayanya.

Wallahu a'lam bishshawab ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar