Sabtu, 20 Agustus 2011

Tafakur Sejenak Atas Peringatan Allah


Tafakur Sejenak Atas Peringatan Allah by Alexyusandria Moenir on FB Note on Wednesday, October 27, 2010 at 2:36pm
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Israa' 17 : 16)

Astaghfirullah al'adziim ... Sudah seharusnya kita memohon ampunan Allah atas dosa dosa yang telah banyak kita lakukan selama ini, baik dosa kecil maupun dosa yang besar.

Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata :  Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Allah ta’ala berfirman : "Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, ku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan " (Riwayat At Turmudzi dan dia berkata : haditsnya hasan shahih)

Sudah berapa banyakkah Allah memberi peringatan pada kita sebelum Dia menunjukkan kemarahan Nya atas perbuatan kita yang mendzalimi diri kita sendiri? Karena sesungguhnya musibah yang diberikan Allah itu adalah teguran Allah pada kita karena kita selalu melakukan kesalahan yang beraneka tiap saat dan tiap waktu. Adakah kita sempat menghitung dan menelaah sendiri kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat?

Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji[667] sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS At Taubah 9 : 126)

[667]. Yang dimaksud dengan ujian disini ialah: musibah-musibah yang menimpa mereka seperti terbukanya rahasia tipu daya mereka, pengkhianatan mereka dan sifat mereka menyalahi janji.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).  (QS Asy Syuura 42 : 30)

Betapa takut dan gemetar seluruh tubuh dan hati, ketika musibah itu telah datang. Apa yang bisa kita lakukan saat gempa mengguncang bumi, meluluh lantakkan tempat berpijak dan tempat kita hidup selama ini?

Saat musibah itu terjadi airmata kita mengalir deras karena ketakutan akan mati, dan terselip kengerian andai Allah mencabut nyawa kita pada saat itu, telah cukupkah amalan baik yang telah kita buat sebagai bekal?

Ingatkah kita ketika kota Padang mengalami gempa besar  pada 30 Sept 2009 yang lalu? Bagaimanakah hati kita ketika mendengar berita Tsunami yang menghancurkan saudara saudara kita di Aceh dan  di Mentawai ..? Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun ...

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101]. (QS Al Baqarah 2 : 155 - 156)

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Benarkah kita telah mampu bersikap sabar dan bertawakal hanya kepada Allah subhanahu wata'ala semata..? Bagaimana dengan ketakutan ketakutan kita yang sering menjerumuskan kita pada keputus asaan? Bahkan yang lebih buruk lagi membuat kita makin terpuruk saat mempercayai kata kata yang tidak menentu melalui berita yang tidak jelas?

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)[323]. Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS An Nisaa' 4 : 83)

[322]. Ialah: tokoh-tokoh sahabat dan para cendekiawan di antara mereka.  

[323]. Menurut mufassirin yang lain maksudnya ialah: kalau suatu berita tentang keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan Ulil Amri, tentulah Rasul dan Ulil Amri yang ahli dapat menetapkan kesimpulan (istimbat) dari berita itu. 

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS Al Hujuuraat 49 : 6)

Banyak pertanyaan yang muncul saat kepala tertunduk dengan hati yang tafakur hanya kepada Allah subhanahu wata'ala semata. Benarkah diri ini begitu bebal sehingga selalu terpuruk dalam kesalahan yang tiada henti?Ataukah ketakutan yang melanda diri ini hanyalah ketakutan temporer saja, bukan karena ketakutan atas azab Engkau yang pedih karena dosa dosa yang telah hamba lakukan ... ?

Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah[1145]. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu." Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? (QS Al 'Ankabuut 29 : 10)

[1145]. Maksudnya: orang itu takut kepada penganiayaan-penganiayaan manusia terhadapnya karena imannya, seperti takutnya kepada azab Allah, karena itu ditinggalkannya imannya itu. 

Lidah ini seringkali mengucapkan kata kata yang tidak baik, kata kata yang menyakitkan hati.Sebenarnya berapa kalikah lidah ini telah menyampaikan yang haq secara baik?

Bukankah seharusnya kepala yang tertunduk itu diikuti oleh hati yang tunduk,patuh dan takut akan azab Allah ...? Dan yang paling penting diantara semua itu adalah satu kejujuran hati yaitu adakah kita bersyukur ketika Allah memberikan cobaan atas diri kita sebagai ujian atas keimanan kita ... ?


Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (QS Az Zumar 39 : 49)

 
Kebanyakan dari kita, saat diberi ujian , kita takut dan beranggapan bahwa kita tak mampu melalui ujian itu dan memohon agar Allah menjauhkan kita dari berbagai musibah yang menimpa, sementara tiada perubahan yang membaik dalam pelaksanaan keseharian kita. Tiada perbaikan dalam akhlak dan akidah. 


Begitu banyak rahmat yang telah kita terima, sudah berapa kalikah kita mensyukurinya?Lalu bagaimanakah cara kita menyampaikan rasa syukur?Padahal sebagai muslim Allah hanya meminta lima kali waktu buat kita untuk bertemu dengan beribadah kepada Nya, dan itupun untuk keperluan manusia juga, karena Allah tidak memerlukan hamba hamba Nya, tapi kitalah yang memerlukan Allah sebagai hamba Nya.

Bukankah dengan shalat lima waktu, kita bisa bermunajat kepada Allah?Tidakkah kita ingin bertemu Allah sebagai hamba  Nya yang sangat dikasihi Nya?

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (QS Al Hujuurat 49 : 17) 


Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya[782] lagi Maha Terpuji." (QS Ibrahim 14 : 8)

[782]. Maksudnya: Allah tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya.

Setelah begitu banyak ujian yang diberikan Allah atas diri manusia melalui musibah alam, gempa bumi dan lain sebagainya baik dimasa dahulu maupun dimasa sekarang, apakah ada daya buat kita berlindung selain hanya kepada Allah subhanahu wata'ala semata? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar